Katakan "Tidak !" Pada Seksisme

Dela Prastisia (anggota GMNI Komisariat STKIP PGRI Pacitan)

Opini,- "laki-laki lebih pantas memimpin karena mereka lebih rasional dibandingkan dengan wanita".


Pernyataan semacam itu seringkali kita dengar di sekitar kita, entah itu di lingkungan kerja, kampus, sekolah, dan lainnya. Hal itu memang terdengar sepele dan sudah familiar di telinga. Ada contoh lain, semisal ketika seorang perempuan seringkali keluar malam, mereka akan mendapatkan stigma buruk di masyarakat atau kemudian mendapatkan stereotype yang negatif. Hal-hal semacam itu merupakan perilaku 'seksisme' dan kebanyakan orang tidak menyadarinya.


Dalam praktik seksisme yang sering dirugikan adalah kaum perempuan, seksisme sering terjadi di kehidupan sehari-hari dan kemudian dianggap menjadi hal yang lumrah. Tidak hanya itu, perilaku seksisme seperti sudah menjadi hal normal yang sudah seharusnya diterima begitu saja oleh perempuan.


Sebelum membahas terlalu jauh, kita perlu tahu definisi dari seksisme. Seksisme adalah prasangka dan diskriminasi terhadap orang berdasarkan jenis kelamin atau gender. Menurut telaah sejarah, kata “Seksisme” mulai menyebar di tengah-tengah Gerakan Perempuan di Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Pada saat itu, tokoh-tokoh feminisme menyadari bahwa penindasan perempuan bukan hanya disebabkan oleh male chauvinists, melainkan oleh seluruh masyarakat, termasuk perempuan. Setelah periode tersebut, “seksisme” semakin sering digunakan dan berkembang bersamaan dengan gerakan-gerakan keadilan sosial lainnya.


Sebagai seorang perempuan, apa upaya yang bisa kita lakukan untuk membantah perilaku seksime tersebut ? Melawan seksisme merupakan hal yang tidak mudah, terlebih jika hidup di lingkungan yang masih melanggengkan budaya patriarki.


Kita bisa melawan seksisme dengan cara meyakini dua hal. Pertama, kita harus meyakini bahwasanya laki-laki dan perempuan memiliki tugas dan peran masing-masing. Kedua, perbedaan tugas dan peran tersebut tidak membuat peran salah satunya menjadi lebih penting dari peran lainnya. Jika dua hal tersebut sudah terealisasi, maka praktek seksisme bisa kita minimalisir dan kita lawan di segala lini.


Dalam upaya perlawanan, tidak hanya perempuan yang memiliki peran, butuh kemitraan juga dengan laki-laki untuk melawan seksisme. Karena output dari perbaikan posisi dan situasi perempuan di masyarakat sejatinya untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama.


Oleh; Dela Prastisia (anggota GMNI Komisariat STKIP PGRI Pacitan)

0 Komentar

Baca juga berita Nasional lainnya di HARIANMERDEKA Network
close